Sejauh Mana Manusia Mampu untuk Tidak Tidur atau Begadang
Tidur merupakan kebutuhan primer manusia. Denganya
kinerja otak akan lebih optimal dan manusia lebih produktif. Tapi tidak jarang
juga manusia mengambil keputusan untuk begadang beberapa jam atau bahkan
semalaman untuk kepentingan yang menurut mereka lebih penting daripada tidur
itu sendiri. Tapi pernakah anda membayangkan bagaimana akibatnya bagi tubuh
terutama otak anda, fortunately ilmu sains tertarik untuk meneliti hal
ini. Berikut penjelasan ilmiahnya yang kami rangkum dari beberapa sumber. Check
it out!
Sumber : http://lilianto-ichsan.blogspot.co.id |
Tidak tidur (baca: begadang) dalam waktu semalaman
membuat sistem limbik di otak terangsang dan memproduksi hormon dopamine secara
berlebihan. Hal itu memicu tubuh untuk menghasilkan energi yang lebih daripada
sebelumnya membuatmu lebih bersemangat dan bahkan lebih bergairah. Sekilas kedengaranya
menyenangkan dan cukup bermanfaat, tetapi di sisi lain sebenarnya otak perlahan-lahan
mulai mematikan salah satu areanya yang berfungsi untuk mengambil keputusan dan
mengevaluasi setiap tindakan manusia akibatnya kamu akan lebih impulsif bahkan
agresif. Setelah seharian penuh (24 jam) tidak tidur, kamu akan
mendapati dirimu lambat dalam berekasi atau merespon sesuatu, serta mengalami
penurunan fungsi kognitif. Setelah dua hari tidak tidur, otak akan
kehilangan kemampuan menguraikan glukosa, dan sistem imun tidak lagi bekerja
dengan baik. Dan dalam beberapa kasus tiga hari tidak tidur dapat membuatmu
mengalami halusinasi. Jangan tanya bagaimana penampilanmu sejauh itu. Well,
sebuah studi menunjukkan hubungan antara penampilan dan kurangnya tidur
seseorang yang menyatakan bahwa “Seseorang yang amat sangat kekurangan tidur
menunjukkan gejala kurang sehat dan penampilan yang amburadul”. Apa anda pernah
mengalaminya?
Penelitian sejauh ini tercatat bahwa manusia mampu tidak
tidur selama 264 jam atau 11 hari, mengakibatkan terganggunya konsentrasi,
penglihatan dan kemampuan pendengaran. Intinya tidak bekerjanya indra secara
maksimal. Namun yang mengejutkan adalah ternyata hal tersebut tidaklah menyebabkan
penyakit jangka panjang. Faktanya orang-orang yang menjadi objek dalam
penelitian ini sama sekali tidak mengalami masalah psikis, medis atau masalah
pada otak yang serius. Tapi perlu diingat penelitian hanya sampai sebatas ini,
penyakit serius bisa jadi muncul melebihi jam tersebut. Untuk menghindari hal
yang tidak diinginkan penelitian dilakukan menggunakan tikus, yang akhirnya
mati setelah tidak tidur selama 2 minggu. Namun, peneliti masih bimbang
penyebab si tikus mati, apakah karena ia mati karena tidak tidur selama itu
ataukah karena akibat perlakuan yang diberikan padanya yang menyebabkanya tidak
tidur selama itu.
Lalu berapa lamakah idealnya manusia harus
tidur???
Para peneliti melakukan penelitian pada sejumlah orang
yang dikelompokkan dalam jumlah jam tidur yang berbeda, yakni 4 jam, 6 jam dan
8 jam. Penelitian dilakukan dalam periode waktu tertentu.
Setelah 14 hari test kognitif dilakukan pada ketiga
kelompok tersebut dan hasilnya sebagai berikut :
Kelompok yang tidur dengan porsi 8 jam menunjukkan fungsi otak yang berjalan normal dengan
jaringan pada otak yang terhubung dengan baik.
Kelompok dengan kategori tidur 6 jam menunjukkan gejala yang sama dengan seseorang
yang mabuk yang memiliki kadar alkohol pada darahnya sebanyak 0.1% (kadar
tersebut ialah ilegal dimiliki seseorang).
Sementara itu lebih parah untuk mereka yang hanya tidur
selama 4 jam, mereka jatuh tertidur selama test kognitif berlangsung.
Dua kelompok ini (4 dan 6 jam) mengalami penurunan fungsi
otak seiring berjalannya waktu. Untuk mengembalikan kondisi pada keadaan normal
hanya dibutuhkan beberapa malam dengan tidur berkualitas, para ilmuwan
menyebutnya “sleep debt”. Semakin banyak kekurangan tidur, pemulihan juga
membutuhkan waktu yang lama, dengan kata lain lebih banyak dibutuhkan waktu
tidur berkualitas. Namun untuk skala bulanan atau tahunan tidak menjadi
persoalan lagi berapa lama yang dibutuhkan untuk bisa pulih, sebab otak pada
skala tersebut mulai kehilangan kesadaran akan kebutuhan tidur, sebagai contoh
anda hanya akan terus berkata pada diri anda bahwa anda hanya butuk waktu 5 jam
saja untuk tidur. Dan tentu saja pada titik ini kerusakan permanen telah
terjadi pada otak, dan tidak ada lagi kata pulih untuk itu.
Semisal dengan penelitian di atas penelitian lain
menunjukkan bahwa manusia idealnya butuh tidur selama 7-8 jam per hari. Kurang
dan lebih daripada itu sama-sama menimbulkan efek negatif. Kurang dari 7 jam
akan menimbulkan resiko lebih tinggi timbulnya penyakit jantung, obesitas,
diabetes, dan 12% beresiko pada kematian. Sedangkan lebih dari 8 jam akan
menimbulkan resiko penyakit jantung, obesitas, diabetes dan mengejutkan 30%
beresiko pada kematian.
So..sleep tight, but not too much!
(Penulis)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus